TERMOREGULASI PADA AVES
Metabolisme sangat sensitif terhadap perubahan suhu lingkungan internal seekor hewan. Sebagai contoh, laju respirasi seluler meningkat seiring peningkatan suhu sampai titik tertentu dan kemudian menurun ketika sudah cukup tinggi sehingga mulai mendenaturasi enzim. Sifat-sifat membran juga berubah dengan perubahan suhu. Meskipun spesies hewan yang berbeda telah diadaptasikan terhadap kisaran suhu yang berbeda-beda, setiap hewan mempunyai kisaran suhu yang optimum. Di dalam kisaran tersebut, banyak hewan dapat mempertahankan suhu internal yang konstan meskipun suhu eksternalnya berfluktuasi (Campbell, 2004).
Suatu organisme pasti mempertukarkan panas yang ada dengan lingkungan eksternalnya, biasanya dengan empat proses yaitu konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi. Konduksi adalah perpindahan langsung panas yang dihasilkan antara lingkungan dengan permukaan tubuh organisme, karena bersentuhan dengan benda yang lebih rendah suhunya. Konveksi adalah perpindahan panas yang dilakukan melalui gerakan udara ataupun cairan yang melewati permukaan tubuh. Radiasi adalah pancaran yang dihasilkan oleh semua benda yang lebih hangat tanpa harus adanya sentuhan, seperti misalnya matahari dengan tubuh hewan. Evaporasi atau penguapan adalah suatu proses hilangnya panas yang berubah menjadi gas (Isnaini, 2006).
Berdasarkan karakteristik panas hewan yang ditekankan pada sumber utama panas tubuhnya hewan dibagi menjadi dua yaitu endotermik atau homoiterm dan ektotermik atau poikiloterm. Hewan yang ektotermik memanaskan tubuhnya dengan cara menyerap panas dari sekelilingnya dan jumlah panas yang dihasilkan dari metabolismenya sendiri dapat diabaikan. Contohnya adalah pisces, amfibi, dan reptilia. Sedangkan yang endotermik mendapatkan sebagian panas tubuhnya dari metabolisme sendiri dan mempertahankan suhu lingkungan internal yang hampir konstan meskipun suhu sekelilingnya berfluktuasi. Contohnya adalah mamalia dan aves (Campbell, 2004).
Aves dan mamalia mempunyai sifat yang sama yaitu sama-sama hewan yang endotermik. Jadi antara aves dan mamalia memiliki kemiripan jika dilihat dari caranya dalam pengaturan suhu tubuhnya agar tetap konstan dengan lingkungan disekelilingnya. Aves umumnya mempertahankan suhu tubuh yang tinggi dan memiliki kisaran suhu tubuh sekitar 40-420C. Dalam mempertahankan suhu dalam kisaran yang sempit ini memerlukan kemampuan untuk menyeimbangkan laju produksi panas metebolisme dengan laju kehilangan panas dari lingkungan luarnya. Aves mempunyai beberapa mekanisme yang mengatur pertukaran panas dengan lingkungan (Campbell, 2004).
Vasodilatasi dan vasokontriksi mempengaruhi pertukaran panas dan bisa juga mempengaruhi pertukaran panas dan juga perbedaan suhu di dalam tubuh hewan. Aves yang hidup didarat biasanya bereaksi terhadap dingin dengan menegakkan bulu sehingga bisa menyerap lapisan udara diam yang lebih tebal lagi. Aves biasanya hidup ditempat dimana hewan endotermik memerlukan pendinginan maupun penghangatan tubuh. Pada cuaca yang panas, aves darat sangat mengandalkan pendinginan melalui evaporasi. Panting atau menjulurkan lidah keluar adalah hal yang penting pada sebagian aves dan beberapa aves mempunyai suatu kantung yang banyak dialiri oleh pembuluh darah di dasar mulutnya serta mampu mengembangkempiskan kantung itu akan meningkatkan evaporasi dari aves tersebut (Isnaini, 2006).
Beberapa cara hewan endotermik dalam mengantisipasi pengaruh cuaca dingin yaitu pengurangan gradien termik (T1-T2), penurunan konduktans termik (C), penurunan panas melalui evaporasi dan peningkatan termogenesis. Sebaliknya pada lingkungan yang panas, hewan yang endotermik akan menurunkan termogenesis dan meningkatkan termolisis. Respon yang dilakukan hewan endotermik dalam mengantisipasi variasi temperatur pada lingkungan baru yaitu dengan aklimatisasi dan hewan golongan endotermik dalam menghadapi perubahan suhu lingkungan cenderung mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara meningkatkan adaptasi atau penyesuaian diri terhadap lingkungan. Serta ada juga golongan endotermik yang mempunyai kemampuan untuk mengontrol suhu tubuhnya, sehingga hewan endotermik memiliki tingkat adaptasi yang lebih tinggi dibanding hewan golongan ektotermik. Produksi panas pada hewan endoterm terjadi melalui mekanisme sebagai berikut:
1. Meningkatkan produksi panas metabolik dalam otot rangka (harus ada konstraksi otot,contohnya dengan cara menggigil)
2. Mekanisme pembentukan panas yang bukan berasal dari proses menggigil, meliputi :
a. Memetabolisasi jaringan lemak coklat
b. Meningkatkan sekresi hirmon tiroid
c. Menyerap radiasi panas matahari
d. Menegakkan rabut atau bulu sehingga pelepasan panas secara konveksi dapat diperkecil
e. Mengurangi aliran darah ke organ perifera (dengan menyempitkan pembuluh darah)
f. Memberikan berbagai tanggapan perilaku
Pelepasan panas dari tubuh hewan endoterm terjadi dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut :
a. Melepaskan panas ke lingkunganya melalui vasodilatasi pembuluh darah perifer.
b. Meningkatkan penguapan air melalui kulit atau melalui saluran pernafasan (Isnaini, 2006)
D Daftar Pustaka
Campbell, Neil A., Jane B. Reece dan Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Isnaini. 2006. Fisiologi Hewan. Jakarta : Universitas Terbuka Press
0 comments:
Post a Comment